Pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, mengambil banyak pelajaran dalam debut mereka pada Olimpiade Paris 2024.
Pada multi-event akbar sedunia empat tahunan tersebut, langkah Fajar/Rian dihentikan Liang Wei Keng/Wang Chang (China) pada perempat final.
“Evaluasi Olimpiade, kami sudah melupakan hasil olimpiade karena kami tahu hasilnya ganda putra gagal meraih medali,” kata Fajar kepada media, termasuk BolaSport.com di pelatnas Cipayung, Jakarta.
“Memang sedih, tetapi mau bagaimana lagi. Ini sudah terjadi dan kami mau melupakan itu semua, mau membuka harapan baru.”
Pada Olimpiade Paris 2024, Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan) berhasil mempertahankan medali emas yang juga mereka raih pada Olimpiade Tokyo 2020.
Padahal, sebelum Olimpiade Paris 2024, Lee/Wang lebih banyak meraih minor dalam turnamen yang mereka ikuti.
“Sedikit mengejutkan yang juara (Olimpiade) ganda putra Taiwan karena pada turnamen BWF World Tour mereka hanya juara pada Japan 2023 selama tiga tahun dan mereka kurang konsisten juga pada World Tour,” ucap Fajar.
“Tetapi, melihat mereka main pada Olimpiade kemarin dari babak penyisihan sampai akhir itu benar-benar konsisten. Salut dengan mental mereka.”
“Pembelajaran khusus yang diambil dari penampilan mereka pada Olimpiade itu fokus dan mentalnya yang luar biasa di dalam lapangan. Mereka terlihat tidak ada rasa gugup sama sekali karena mungkin mereka juga tidak berekspektasi tinggi pada Olimpiade tahun ini.”
“Mereka bermain sangat lepas sekali ya. Ke depannya, kami harus punya mental seperti itu terutama pantang menyerah dan nothing to lose agar semua kemampuan bisa keluar.”
Fajar mengaku belum mengetahui bayangan persaingan setelah Olimpiade Paris 2024.
“Mungkin ada sebagian yang memutuskan pensiun setelah Olimpiade atau menunggu pensiun akhir tahun. Peta persaingan mungkin di awal tahun depan bisa terlihat perubahannya,” ucap Fajar.
Kegagalan di Paris membuat Fajar masih memiliki keinginan bersaing empat tahun lagi pada Olimpiade Los Angeles 2028.
“Kalau saya pribadi tidak ada yang tidak mungkin. Kalau melihat histori dari Olimpiade banyak juga yang mengejutkan contohnya adalah kak Greysia di usia 34 tahun bisa juara Olimpiade,” tutur pemain 29 tahun itu.
“Tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa terjadi. Tetapi, kami tidak mau berekspektasi yang tinggi masih banyak pemain-pemain muda yang luar biasa khususnya di Indonesia juga banyak bibit-bibit unggul.”
“Semoga mau main atau tidak main kami masih bisa menikmati prosesnya dalam bulu tangkis.”
Hal senada juga disampaikan Rian yang mengaku ingin lebih menikmati setiap pertandingan setelah kegagalan pada Olimpiade Paris 2024.
Fajar/Rian selanjutnya akan tampil pada Japan Open 2024, 20-25 Agustus.
“Persiapan Japan open ini tidak seratus persen karena hanya 10 harian setelah Olimpiade kami baru latihan untuk Japan Open,” ucap Rian.
“Jadi persiapan sangat singkat, tetapi semua atlet juga merasakan hal yang sama. Japan Open bukan jadi ajang tolok ukur, tetapi lebih keharusan karena sebagai ganda putra top ten harus ikut turun.”
“Apapun itu selama itu positif caranya mungkin dengan bertemu keluarga, teman-teman, atau aktivitas sehari-hari itu bisa menimbulkan kepercayaan diri lagi.”
“Yang pasti tidak mudah bangkit dari kegagalan, tetapi kami mau mencoba untuk selalu menikmati prosesnya walaupun memang belum berhasil.”
“Namun, hidup terus berjalan. Tidak mungkin kami stop di sini saja. Jadi, kami akan menikmati terus dan berusaha lebih keras lagi.”
Fajar/Rian lalu melakukan refleksi setelah berpartner selama 10 tahun.
“Untuk sekarang belum ada omongan dari pelatih kami ke depannya. Setelah Japan Open kami akan berkomunikasi lagi dengan pelatih dan lainnya bagaimana tujuan kami ke depannya,” ujar Rian.
“Menjelang sisa akhir tahun maunya di setiap pertandingan tersisa meraih hasil yang terbaik, tetapi pastinya tidak mudah.”
“Target utama pada Olimpiade juga semuanya udah lewat. Jadi, kami tidak mau terlalu berekspektasi tinggi saja di setiap pertandingan. Ingin lebih berusaha saja.”
“Namun, kami tetap punya target dan mau raih hasil maksimal, naik podium. Kalau soal persiapan ini berjalan singkat apalagi setelah kalah pada Olimpiade ada rasa kecewa.”
“Kalau bicara kepercayaan diri turun, mungkin setelah Olimpiade saat sampai Indonesia ada perasaan menyesal, kekecewaan yang tinggi. Tetapi, untuk sekarang mencoba untuk melupakan itu semua karena masih ada banyak harapan baru.”
Setelah kegagalan itu, Rian mencoba melakukan banyak hal untuk bangkit dari rasa kecewa kalah pada Olimpiade.