Seperti cuaca di Tanah Air, awan kelabu menyelimuti tim bulu tangkis Indonesia yang bersaing di Malaysia Terbuka pada awal tahun ini. Meskipun turnamen itu baru melewati dua babak, hanya ada dua wakil Indonesia yang bisa melewatinya.
Dua wakil yang akan bersaing pada perempat final berasal dari sektor putri, yaitu Siti Fadia Silva Ramadhanti/Lanny Tria Mayasari dan Putri Kusuma Wardani. Di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Jumat (10/1/2025), Fadia/Lanny akan melawan pemain China, Jia Yi Fan/Zhang Shu Xian. Duel itu akan menjadi pertemuan pertama mereka karena kedua pasangan tersebut merupakan formasi baru.
Pada tunggal putri, Putri akan kembali bertemu pemain senior Thailand, Ratchanok Intanon, setelah mengalahkannya pada babak kedua Malaysia Masters, Mei 2024. Putri, yang mengalahkan seniornya di pelatnas, Gregoria Mariska Tunjung, pada babak pertama, melangkah ke perempat final setelah menang atas Julie Dawall Jakobsen (Denmark) dengan skor 21-16, 21-12 di babak kedua.
Putri dan Fadia/Lanny menjaga nama Indonesia dalam turnamen berlevel BWF World Tour Super 1000 ini setelah rekan-rekan senior mereka tersingkir pada dua babak awal. Sebelum mereka menang pada Kamis sesi sore hingga malam, tim Indonesia mendapat hasil buruk dengan kekalahan Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, Anthony Sinisuka Ginting, dan Sabar Karyaman Gutama/Muhammad Reza Pahlevi Isfahani.
Anthony bahkan tak bisa mengimbangi performa peraih medali perak Olimpiade Paris 2024, Kunlavut Vitidsarn (Thailand). Dia kalah dengan skor terbilang telak, 7-21, 10-21.
”Kualitas Kunlavut di atas lawan saya pada babak pertama. Ternyata, kondisi fisik dan kebugaran saya belum berada pada level untuk siap bertanding melawan pemain seperti Kunlavut,” ujar Anthony.
Sabar/Reza, dengan performa yang meningkat pada 2024, juga kesulitan mengontrol permainan ketika melawan Ben Lane/Sean Vendy (Inggris). Mereka kalah 16-21, 14-21. ”Tidak ada kendala dari situasi lapangan atau shuttlecock pada pertandingan tadi. Hanya saja, hari ini, saya banyak melakukan kesalahan, tidak bisa menemukan touch bermain yang pas,” ujar Reza.
Tersingkirnya Anthony dan kawan-kawan membuat Indonesia kehabisan pemain pada nomor tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran, setelah sehari sebelumnya kehilangan wakil terbaik di empat nomor. Mereka yang langsung kalah pada babak pertama adalah Gregoria, Jonatan Christie, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi.
Skuad ”Merah Putih” tak bisa memanfaatkan terbukanya persaingan pada awal tahun ketika semua pemain melakukan start pada posisi yang sama, setelah menjalani masa libur kompetisi sejak pertengahan Desember. Kesempatan untuk memperbaiki performa dan hasil ada pada turnamen berikutnya di Asia sepanjang Januari, terutama India Terbuka dan Indonesia Masters.
Ada wakil yang akan mengikuti kedua turnamen tersebut, sebagian lainnya akan langsung fokus ke Indonesia Masters, 21-26 Januari, seperti Sabar/Reza. Mereka memiliki target, minimal, bisa mencapai semifinal.
Kembali ke elite
Bagi dua wakil Indonesia tersisa, perempat final pada Jumat menjadi yang pertama dalam turnamen level Super 1000. Putri, yang menembus turnamen Super 1000 sejak 2022, baru bisa mencapai babak kedua sebelum Malaysia Terbuka 2025. Tahap itu dicapainya di Indonesia Terbuka 2023.
Pada ajang selevel lainnya, Putri kalah pada babak pertama China Terbuka 2023. Pekerjaan rumahnya saat ini adalah bisa bersaing di All England yang belum pernah dirasakan dan dia memiliki kesempatan tersebut pada Maret.
”Senang bisa mencapai perempat final. Besok, lawan Ratchanok Intanon, semoga saya bisa bermain nothing to lose dan mendapatkan hasil yang terbaik,” kata Putri.
Sementara Fadia menargetkan bisa kembali ke persaingan ganda putri level elite meski tak tahu akan berapa lama berpasangan dengan Lanny. Mereka berduet sejak Oktober 2024 ketika tak bisa bermain dengan pasangan masing-masing. Partner Fadia, yaitu Apriyani Rahayu, masih memulihkan cedera kaki, sementara Lanny belum memiliki pasangan tetap lagi setelah Ribka Sugiarto keluar dari pelatnas pada pertengahan 2024.
”Kami tidak tahu akan sampai kapan dipasangkan. Mungkin, kalau hasilnya bagus, bisa permanen. Saya tidak mau berpikir apakah ini akan sementara karena, melalui kesempatan ini, saya berusaha untuk kembali ke persaingan level elite,” tutur Fadia.